TEROPONGPUBLIK.CO.ID — Kabar mengenai gagalnya seorang atlet Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI) Kabupaten Blitar masuk ke SMA Negeri 1 Talun melalui jalur non-akademik menyita perhatian publik. Tidak hanya menjadi sorotan kalangan pemerhati pendidikan, peristiwa ini juga memicu reaksi dari tokoh masyarakat dan aktivis gerakan kepemudaan.
Ketua Gerakan Pembaharuan Indonesia (GPI), Joko Prasetya, menyayangkan keputusan pihak sekolah yang menolak siswa berprestasi tersebut hanya karena dianggap bukan atlet perorangan. Menurut Joko, alasan itu tidak relevan jika menilik kontribusi atlet tim seperti drumband yang sama-sama membawa nama baik daerah dan mengharumkan Kabupaten Blitar melalui prestasi olahraga.
“Siswa ini merupakan atlet drumband binaan KONI Kabupaten Blitar, yang belum lama ini ikut mengharumkan nama daerah dengan meraih medali perunggu di ajang kompetisi tingkat provinsi. Prestasi ini seharusnya menjadi tiket masuk untuk jalur non-akademik. Tapi ironisnya, justru diabaikan begitu saja hanya karena dia bukan atlet individu,” kata Joko Prasetya saat dikonfirmasi, Minggu (6/7/2025).
Joko menilai, seharusnya KONI Kabupaten Blitar hadir memberi pendampingan dan advokasi kepada atlet-atlet muda yang ingin melanjutkan pendidikan di sekolah favorit mereka. Dalam hal ini, kata dia, kehadiran KONI bukan hanya sebatas pembinaan teknis di arena latihan, tetapi juga mencakup perhatian pada masa depan pendidikan para atlet binaannya.
“Ini bukan hanya soal satu siswa, tetapi soal bagaimana kita menghargai jerih payah atlet-atlet yang sudah berjuang mengangkat nama Blitar. Jika ada siswa yang gagal masuk sekolah impiannya padahal punya prestasi, itu pertanda kita lalai memberi ruang dan kesempatan kepada generasi muda berprestasi,” ujar Joko.
Diketahui, siswa SMP Negeri 1 Wlingi yang menjadi atlet tim drumband PDBI Kabupaten Blitar itu mendaftar ke SMA Negeri 1 Talun melalui jalur non-akademik. Namun, pihak sekolah menolaknya dengan alasan bahwa ia bukan atlet perorangan, sebagaimana dijelaskan oleh Kepala SMA Negeri 1 Talun, Edy Sasmito, S.S., M.Pd.
Pernyataan ini memicu reaksi beragam dari masyarakat, khususnya pelaku dan pecinta olahraga beregu. Banyak yang menganggap bahwa cabang olahraga beregu seperti drumband masih belum mendapat tempat yang layak dalam sistem rekrutmen jalur prestasi di dunia pendidikan.
“Kalau logikanya harus atlet individu, lalu di mana tempat untuk cabor beregu? Bukankah mereka juga berlatih keras, disiplin, bahkan kadang lebih berat karena mengutamakan kekompakan tim?” tegas Joko.
Ia pun meminta agar KONI Kabupaten Blitar tidak tinggal diam, dan segera mengambil langkah proaktif untuk memfasilitasi siswa tersebut agar dapat diterima di SMA Negeri 1 Talun sesuai keinginannya.
“Sudah saatnya KONI tidak hanya fokus pada kejuaraan semata. Kepedulian terhadap masa depan atlet juga bagian dari tanggung jawab. Kalau kita biarkan begini terus, anak-anak muda akan kehilangan semangat untuk berprestasi,” pungkasnya.
Joko menegaskan bahwa pendidikan dan prestasi olahraga seharusnya bisa berjalan beriringan. Ia juga berharap agar pihak sekolah dapat membuka dialog dan mempertimbangkan ulang keputusan mereka, mengingat peran serta atlet dalam membangun karakter generasi muda yang berdaya saing tinggi.
Pewarta: Agus Faisal
Editing: Adi Saputra