TEROPONGPUBLIK.CO.ID <<<>>>> Setiap tanggal 30 September, bangsa Indonesia kembali diingatkan pada salah satu peristiwa kelam dalam sejarah perjalanan negeri ini, yaitu Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI). Pada peristiwa tragis tersebut, enam Jenderal TNI Angkatan Darat, seorang Perwira Pertama berpangkat Kapten, serta sejumlah prajurit dan masyarakat menjadi korban keganasan gerakan yang mengguncang stabilitas nasional kala itu.
Nama-nama para pahlawan revolusi yang gugur dalam peristiwa itu kini tercatat abadi dalam sejarah bangsa. Mereka adalah Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen S. Parman, Letjen Haryono MT, Mayjen D.I. Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, serta Kapten Pierre Tendean. Keseluruhan jenazah mereka ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta, dan dimakamkan dengan penghormatan negara sebagai Pahlawan Revolusi.
Momentum 30 September selalu dijadikan pengingat bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa persatuan bangsa harus dijaga dari ancaman ideologi yang berlawanan dengan Pancasila. Karena itu, setiap tahun masyarakat diajak untuk mengenang jasa para pahlawan yang gugur melalui berbagai kegiatan, termasuk mengibarkan bendera Merah Putih setengah tiang serta melakukan hening cipta.
Pemerintah bersama TNI/Polri biasanya juga menggelar upacara tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Kalibata serta melakukan doa bersama di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya. Tidak hanya di tingkat pusat, di berbagai daerah pun masyarakat turut memperingati peristiwa bersejarah tersebut melalui doa bersama, renungan, hingga pemutaran film dokumenter mengenai tragedi G30S/PKI.
Di Bengkulu sendiri, sejumlah instansi pemerintah, sekolah, dan organisasi kemasyarakatan juga melakukan hal serupa. Upacara peringatan digelar dengan khidmat, diiringi dengan pengibaran bendera setengah tiang sejak pagi hingga sore hari. Selain itu, para pelajar diajak untuk memahami makna sejarah, bukan hanya sebatas mengenang, tetapi juga mengambil pelajaran penting agar tragedi serupa tidak terulang kembali.
“Kita tidak boleh melupakan sejarah, karena di dalamnya ada nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan para pahlawan. Tugas kita sebagai generasi penerus adalah menjaga bangsa ini tetap teguh pada Pancasila,” ujar salah satu tokoh masyarakat Bengkulu yang hadir dalam kegiatan peringatan.
Selain itu, peringatan G30S/PKI juga menjadi refleksi untuk memperkuat nasionalisme dan kewaspadaan. Ideologi komunis yang pernah mengancam keutuhan bangsa menjadi pelajaran berharga betapa pentingnya menjaga kedaulatan negara.
Melalui momentum ini, masyarakat diimbau untuk tidak hanya berhenti pada seremoni, tetapi juga menjadikannya pengingat akan pentingnya persatuan. Mengheningkan cipta untuk para pahlawan yang gugur, mengibarkan bendera setengah tiang, dan mendoakan mereka merupakan bentuk penghormatan sekaligus penghargaan atas jasa besar yang telah diberikan.
Tragedi G30S/PKI akan selalu menjadi bagian penting dalam perjalanan sejarah Indonesia. Semangat pengorbanan para pahlawan revolusi diharapkan dapat terus menginspirasi bangsa dalam menjaga keutuhan NKRI. Dengan mengenang peristiwa itu, masyarakat diingatkan untuk tetap bersatu, berpegang teguh pada Pancasila, serta waspada terhadap segala bentuk ancaman yang dapat memecah belah persatuan bangsa.
Pewarta : Amg
Editing : Adi Saputra